Aisyah: Biarkan Kami Bersaudara merupakan salah satu
film Indonesia yang ditulis oleh Jujur Prananto dan diproduksi oleh Hamdhani
Koestoro pada tahun 2016. Film tentang guru seperti ini sangat terkenal di
Negara-negara yang pekerjaan guru dihormati. Bukan hanya
cerita yang drama diceritakan, stereotip
atau moralitas guru juga diceritakan.
Biasanya, cerita-cerita tentang guru dimulai dengan
guru yang kaya, dia tinggal di kota. Misalnya, dalam film “Aisyah: Biarkan Kami
Bersaudara” Aisyah, guru yang baru wisuda memutuskan pindah dari rumah yang
sangat bahagia di Jawa Barat ke Dusun Derok yang sangat miskin di Kabupaten
Timur Tengah Utara untuk mengajar. Gajinya sangat sedikit.
Toleransi antara agama Kristen dan Islam sangat ditekankan.
Menurut saya, ini sangat bermanfaat untuk membuka kesempatan kepada orang
Indonesia untuk melatih toleransi karena Indonesia memiliki beragam budaya.
Namun, apa yang menjadi hambatan untuk mengembangkan pekerjaan guru seringkali terjadi.
Dengan film seperti ini, moralitas guru didefinisikan
sebagai orang yang memilih untuk menjadi
orang miskin yang bekerja untuk anak-anak, bukan untuk uang. Oleh karena itu,
gambaran seorang guru atau dosen artinya miskin tapi moralitas yang berlawanan
dengan pengusaha yang kaya tapi egois. Maksudnya, pemerintah tidak harus
menbantu atau mengkembangkan pekerjaan guru karena kalau guru mendapatkan
banyak gaji artinya mereka tidak mempunyai moralitas dan mereka mengajar karena
uang.
Sampai saat ini, gaji pekerjaan guru di
negara-negara yang percaya moralitas ini masih sedikit. Beberapa keluarga
mendorong anak mereka jadi guru meskipun mereka mengetahui bahwa pekerjaan ini
susah untuk jadi kaya. Bukan hanya stabilitas kehidupan setelah pensiun, tetapi
dengan moralitas pengorbanan seorang guru yang dibuat oleh budaya dan
dihormati oleh masyarakat di negara seperti itu.
Jika kita mengamati, pekerjaan guru dengan gaji
sedikit biasanya bisa dilihat dalam negara yang belum berkembang. Menurut
mereka, guru bukan hanya memberi pengetahuan, tetapi contoh moralitas yang
harus diikuti oleh murid. Inilah adalah perbedaan antara kepercaayaan Asia dan
Barat. Pemerintah dan produser film di Asia lebih memilih untuk menekankan
moralitas dari pada mengusulkan bahwa bagaimana mengembangkan kehidupan guru di
zamam modern ini.
Jesada Buaban
3 December 2018
No comments:
Post a Comment